Fakta Unik Tentang Ayam yang Jarang Diketahui Orang

Kalau kebanyakan dari kalian sudah pernah atau bahkan sering makan daging ayam dengan ragam olahan, maka mungkin kalian masih awam dengan cara dan cerita memelihara ayam. Ini bukan kisah tentang ayam karbitan yang disuntik obat lantas tumbuh instan, ya! Tapi saya ingin bercerita tentang kehidupan ayam kampung, ayam yang tumbuh secara normal dan sehat, lalu kelak menghasilkan daging yang lezat.

Baca Juga: Ayam Pabrikan VS Ayam Kampung
//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Informasi yang terkandung dalam artikel ini kebanyakan diambil dari kisah pribadi. Di mana, saya menjadi saksi kegiatan Emak yang sedang keranjingan memelihara ayam. Kandangnya ada di samping rumah. Hingga kini, Emak punya empat pintu kos-kosan ayam.

Pintu kosan yang pertama diisi seekor induk ayam dengan tujuh anak. Pintu kedua dihuni satu induk lainnya dengan lima anak, Pintu ketiga diisi tujuh ABG alias Ayam Baru Gede yang usianya sudah menginjak tiga bulan, serta satu pintu terakhir diisi ayam jago. Emak juga punya ayam lainnya yang dititipkan di rumah Uwa. Tapi saya tidak tahu pasti beraa jumlahnya.

Baiklah, tak perlu panjang lebar berbasa-basi, mari segera kita bahas sejumlah Fakta Unik Tentang Ayam yang jarang kita ketahui:

  1. Bukan Hanya Flu, Ayam Juga Bisa Terjangkit Setruk

Sebagaimana hewan peliharaan lainnya, ayam juga butuh bergerak, mencari makan, mencakar-cakar tanah, serta bermain-main mencari ulat dan serangga di luar kandang. Kebutuhan itu wajib dipenuhi oleh pemeliharanya. Jika tidak, Si Ayam akan terjangkit stroke.

Ini terjadi pada ayam perdana milik Emak. Sekitar setahun lalu ia membeli dua ayam jago. Keduanya diurus, diberi makan enak, dimanjakan, tapi sangat jarang dikeluarkan dari kandang. Si Ayam mungki stress dan kurang olahraga.

Baca Juga: Cara Membuat Kerajinan dari Kertas kokoru

Dia juga pasti sedih melihat ayam lainnya yang bebas berkeliaran di luar. Alhasil, beberapa pekan kemudian badannya terdeteksi kaku dan lumpuh. Semacam kena stroke ayam. Kasihan. Satu ayam akhirnya mati, sementara ayam lainnya dititipkan ke tetangga agar diurus secara benar.

  1. Berisik Kalau Mau Bertelur

Setahun kemudian, Emak kembali memelihara ayam. Ini bermula ketika tetangga yang dititipkan ayam mengatakan, bahwa ayam milik emak yang dulu pernah stroke, kini telah beranak pinak. Emak senang bukan kepalang. Ia pun mengambil satu induk untuk dipelihara sendiri. Di sinilah awal mula kisah Emak memelihara ayam jilid II.

Belajar dari kesalahan di masa lalu, Emak tak lagi mengurung ayam di kandang. Sebab sebagaimana kata Ibu Sud dalam lagunya, “Tak Sangkar Beremas, Tak Umpan yang Lezat, Dapat Menggantikan Rasanya Merdeka”, ia pun membebaskan ayam bermain di siang hari, lalu mempersilakan mereka masuk kandang di sore hari hingga keesokan harinya.
//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Pada suatu ketika, salah satu ayam betina bersuara “petok petok” dengan nyaring dan dalam intensitas waktu yang sering. “Kenapa itu ayam?” tanya saya. Emak jawab, “Itu namanya mau bertelur”. Seperti itulah. Saya pikir dia sakit atau apa, rupanya ini gejala normal.

  1. Ayam Berpuasa

Ketika seekor ayam bertelur, ia akan mulai berpuasa selama sekitar 22 hari. Si ayam tidak akan turun kandang dan berkeliaran, sebab hanya berdiam menghangatkan telur-telurnya sepanjang hari. Ia juga akan jarang makan dan minum meski sudah ditawari. Makanya bobot induk ayam pasca mengerami telurnya akan sangat merosot. (Baca Juga: Pentingnya Imsak dalam Menulis) Begitulah seorang induk, ibu, dan semua orang yang ditakdirkan jadi medium utama tumbuhnya makhluk baru. Mereka itu semacam malaikat yang memesona.

  1. Mitos Soal Waktu Menetas

Kata Emak, berdasarkan cerita kolot di kampung, kalau telur ayam menetas pada pagi hari, maka bayi-bayi ayam yang menetas akan berjenis kelamin kebanyakan jantan alias jago. Tapi kalau sore atau malam hari, maka yang akan menetas itu betina. “Emang beneran begitu?” tanya saya. Lalu Emak jawab, “Ya namanya juga katanya, bisa betul bisa engga, ini kan berdasarkan pengalaman saja”.

  1. Misalkan Menetas Lima, Tidak Melulu Tumbuh Lima

Setelah ditetaskan, bayi ayam sangat rentan. Makanya induk ayam bisa menjadi sangat galak dan overprotektif, agar anak-anaknya bisa tumbuh dengan selamat. Meski telah dijaga pun, bayi ayam bisa saja mati karena takdir (hawa dingin, penyakit, kelainan sejak lahir, sampai diserang binatang lain). Jadi, kalau induk bertelur sembilan, maka bisa jadi yang tumbuh hanya tujuh, atau bahkan seekor saja.

Kemudian ada lagu yang dinyanyikan, “Tek Kotek Kotek Kotek, anak ayam berkotak. Anak ayam turun sembilan, mati satu tinggal delapan.” Saya awalnya berpikir, mengapa anak-anak diajari berhitung sembari diiringi lagu kematian? Rupanya inilah fakta kehidupan—ayam.

  1. Punya Daerah Teritorial

Ayam bisa saling mengklaim daerah kekuasaan. Jika ada ayam pendatang yang baru menetas, biasanya ayam yang sudah lama di area kandang akan menunjukkan penyambutan yang defensif. Penghuni lama cenderung menyerang dan bersikap galak. Entah apa maksud sikap itu sebenarnya. Mungkin saja mereka sedang melakukan ospek kepada pendatang baru. Entahlah.

Makanya kalau punya kandang, usahakan ada sekat-sekatnya. Seperti kos-kosan, induk ayam yang satu dengan yang lainnya harus dipisah. Tujuannya menghindari pertengkaran, pun menyelamatkan anak-anak kecil mereka dari luka akibat pertikaian ibu-ibu mereka.

Artikel Lainnya: Kepada Kita yang Gemar Mengobral Kata-Kata

  1. Ayam Juga Bisa Baper

Kalau di poin 3 saya menyebut soal pengorbanan seekor induk ayam untuk anak-anaknya, maka rupanya mereka juga bisa mengabaikan telur dan anaknya begitu saja. Maksudnya, telur ditetaskan di sembarang tempat sehingga pecah, atau ditetaskan tapi kemudian dibiarkan.

Kelakuan ini disebabkan induk tersebut baper karena merasa kandangnya direbut orang. Ia lantas jadi sedih atau marah dan merasa tersingkirkan, tak lagi punya kandang. Lalu ia menjadi liar. Ketika punya telur lagi, ia pun membiarkannya begitu saja.

Ini kisah nyata yang beberapa hari lalu terjadi pada ayam-ayam Emak. Awalnya, salah satu induk punya anak. Mereka otomatis tinggal di satu kandang, bukan? Nah, berbulan-bulan kemudian, anaknya jadi besar, dibuahi, bertelur, lalu punya anak lagi. Di waktu yang sama, si induk pun juga sedang akan bertelur dan mengerami telur baru. Tapi karena merasa tempat kekuasaannya direbut anaknya, si induk pun baper, memutuskan untuk tidak mengerami telur barunya.
//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Begitulah binatang. Terkadang di situ saya jadi merasa terkejut dan ingin ketawa sendiri. Telur-telur yang si induk ayam itu buang kemudian dipungut Emak, dimasukkan ke kulkas untuk nanti mungkin kita goreng untuk makan siang.

  1. Ragam Perilaku Sayang Induk Pada Anak

Kegiatan yang paling menyenangkan dari mengurus ayam adalah melihat interaksi antara induk ayam dan bayi-bayinya. Ketika mereka pulang ke kandang pada sore hari, saya akan sering menonton Emak memberi makan ayam-ayam itu.

Perilaku dan penampakan bayi-bayi ayam sangat lucu. Mereka suka berebut naik ke badan ibunya yang besar, atau mematuki mulut ibunya yang tertempel pakan. Ketika induknya mematuk makanan di titik satu, mereka akan segera mengerubungi.

Baca Artikel Lainnya: Jangan melulu Menyuguhkan Bahagia, Anak Juga Harus Diajarkan Cara Menghadapi Tragedi

Ketika induk mencakar tanah, mereka akan segera “ngariung” di sekitarnya sambil mematuk-matuk. Induk ayam hanya sekali patuk, makan sekedarnya, karena kelihatannya ia ingin anak-anaknyalah yang makan lebih banyak. Indah sekali pemandangan itu, teman.

***

Terlepas dari ragam kisah tentang ayam kampung, sesungguhnya saya baru bisa menceritakannya saja di tulisan. Saya sesungguhnya tidak banyak membantu Emak dalam mengurus ayam, kecuali hanya sedikit menjaganya dari kejauhan, atau mengambilkan makanan dan minumannya. Saya bahkan belum bisa memegang ayam-ayam itu karena ngeri hingga detik ini.

Meski begitu, saya harap tulisan ini bisa jadi ajang berbagi cerita dan pengalaman. Tulisan ini juga akan jadi kenang-kenangan, di mana saya rupanya pernah jadi saksi Emak yang memelihara ayam. Hahaha. Selebihnya, semoga dengan bersaksi macam begini, saya jadi lebih menghargai prosesi kehidupan yang serbamengagumkan.

Sekian.

Diterbitkan oleh

soniafitri

Menandai perjalanan hidup dengan serangkaian catatan. Kontak: soniafitri@gmail.com atau WhatsApp langsung ke 081932186616

Tinggalkan komentar